Selasa, 06 November 2012

Kenapa harus jadi #Pejuangsampah ?


Berawal dari perasaan jenuh bercampur bosan sebagai mahasiswa yang aktivitas kesehariannya hanya kuliah (berangkat ke kampus, selesai kuliah langsung pulang ke kos) alias mahasiswa kupu-kupu, hal itu berlangsung setiap hari. Hal ini lah yang akhirnya menimbulkan semacam gejolak yang membayangi pikiranku setiap saat. Kemudian terpikir olehku sebuah pertanyaan besar bagiku, ‘hal apa sih yang sudah kamu lakukan untuk Indonesia?. Pertanyaan tersebut mendorong saya untuk melakukan hal yang bermanfaat dan berguna, baik diri sendiri maupun bagi lingkungan dan masyarakat. Kehidupan sebagai mahasiswa kupu-kupu tak dapat menyalurkan ekspresi dan mengaktualisasikan diri.
Arus gejolak tersebut akhirnya bermuara, beberapa waktu kemudian saya menemukan Project B Indonesia. Semacam komunitas sebagai wadah untuk menuju social entrepreneur. Dengan begitu kita dapat menumbuhkan jiwa sosial kita, maupun menanamkan jiwa kita sebagai pengusaha. Berada di dalamnya, lambat laun mulai terasa, bahwa komunitas ini sejalan dengan pola pikir yang saya kehendaki. Yakni menjadi enterpreneur yang tak lupa dengan aspek sosial yang terlingkar di sekitar kita. Mungkin maksud social entrepreneur masih mengganjal dalam pikiran anda, apa itu social entrepreneur?. 
 A social entrepreneur recognizes a social problem and uses entrepreneurial principles to organize, create and manage a venture to achieve social change (a social venture). While a business entrepreneur typically measures performance in profit and return, a social entrepreneur focuses on creating social capital. Thus, the main aim of social entrepreneurship is to further social and environmental goals. Social entrepreneurs are most commonly associated with the voluntary and not-for-profit sectors, but this need not preclude making a profit. Social entrepreneurship practiced with a world view or international context is called international social entrepreneurship.”
Demikian sepenggal kalimat yang saya ambil dari situs Wikipedia.org tentang social entrepreneur. Lalu apa sih aspek sosial yang digarap komunitas Prjoect B Indonesia?, mungkin jawabannya tidak seperti yang anda duga. Yakni menggarap tumpukan ‘Sampah’. Sepintas masalah sampah memang terdengar sepele, tapi masalah sampah justru menjadi masalah di setiap daerah, ingatkah anda peristiwa luwih gajah “Bandung lautan sampah”? Bagaimana menurut anda? Anda sendiri pasti sudah tahu seperti apa itu? Apalagi sampah plastik kemasan butuh puluhan tahun bahkan ratusan untuk terdegradasi secara alami.
Di Project B Indonesia, kami berusaha menahan volume laju sampah kemasan dengan cara mengolah dan merubah sampah tersebut menjadi produk-produk yang menarik, seperti, baju, sepatu, tas dan masih banyak hasil olahan sampah-sampah berbahan plastik lainnya. Kenapa menggerakkan masyarakat agar mengumpulkan dan memisahkan sampah kemasan begitu susah?. Hal ini karena masyarakat atau manusia itu sendiri yang menghasilkan sampah dan tidak menghiraukan sampahnya sendiri, yang mereka tahu hanya mengumpulkan sampah dan membuang kemudia diangkut ke (Tempat Pembuangan Akhir) TPA oleh petugas (konsep kumpul angkut). Setelah masuk TPA masyarakat tak lagi peduli, mereka justru ribut dan berkomentar jika tak seorang petugas pun datang untuk membuang sampah ke TPA.
 Nah, dari sinilah kita mencoba memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak hanya menggunakan konsep kumpul angkut TPA, tapi kita berusaha merubahnya agar memilah sampahnya terlebih dahulu kemudian diolah, sedangkan sampah yang tidak dapat di olah di kumpulkan ke TPA. Dengan begini, setidaknya kita sedikit banyak meringankan beban TPA dan masyarkat juga akan merasakan manfaat atau hasil mengelola sampahnya sendiri, mulai dari sampah organik yang dapat diubah menjadi pupuk, dan sampah kemasan dapat ditabungkan hingga dijual, dan berbagai manfaat sampah yang lainnya.
Project B Indonesia sendiri membuat aneka produk recycle dari bahan plastik kemasan dengan memberdayakan masyarakat, seperti penjaga warung Burjo, penjual makanan kemasan dan lain-lain. Komunitas ini juga mengedukasi mereka tentang bagaimana cara memisahkan sampah organik maupun non organik dan dari sampah tersebut dapat dijadikan apa saja. Semuanya meraka sosialisasikan agar sampah kemasan tersebut dapat diryclce dan dapat ditabung. Dengan memisahkan sampah kemasan para pengumpul akan mendapatkan keuntungan setiap sampah dihargai Rp.10,- sampai Rp.70,- persampah. Dengan demikian masyarakat mendapat keuntungan dari hasil menjual sampah yang dikumpulkan sendiri.
Jika sampah yang terkumpul  di masyarakat dianggap sudah banyak, sampah akan dibeli Project B Indonesia. kemudian kita melakukan penyortiran terhadap sampah kemasan tersebut dan meski ada sampah kemasan yang tidak memenuhi standar, kita akan tetap memanfaatkannya menjadi bantalan dan rajangan sampah kemasan. Karena kembali kekonsep, kita akan berusaha menahan laju sampah. Project B Indonesia akan selalu berupaya agar tidak ada sampah kemasan yang keluar dari produksi kita, setelah sampah disortir, sampah akan dicuci hingga bersih. Setelah bersih sampah akan di keringkan dan kemudian sampah kemasan siap di sortir lagi.
Dibandingkan dengan produk-produk yang berbahan dasar kulit yang banyak beredar di toko-toko maupun terpampang mall. Produk yang terbuat dari bahaan dasar sampah kemasan tentunya lebih awet dan perawatannya pun mudah, mengingat bahan-bahan plastik memang bahan yang tak mudah rusak walau terkana air. bukan tidak mungkin jika suatu saat produk yang disulap dari sampah kemasan terpajang di mall.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar